Aku teringat betul, saat melihat perjuangan anak dalam mencintai dan menunggu Ayahnya. Entah, apakah sikap anak memang seolah gumpalan bola salju besar karena dulu sering ditinggal Ayahnya. Saat ini jadi over protektif, apapun ingin dilakukan bersama Ayahnya. Terutama saat mandi. Iya, jalan ninja Ayah menghilang adalah saat mandi.
Secara teori, aku pernah tahu kalau sebaiknya pamit baik-baik dengan anak. Tidak langsung menghilang, tanpa berpamitan. Efeknya saat anak berpamitan adalah menangis. Tapi enggak apa, itu terjadi mungkin tidak akan lama. Berdasarkan pengalaman seorang pasangan muda inspiratif. Aku tahu, suami pun mungkin tak akan tega.
Begitu juga saat di pasar. Tanpa aba-aba, Ayahnya langsung menggendongnya. Eh, aku kaget itu sebenarnya. Di tengah perjalanan, aku minta untuk turun. Kupikir, anak sudah agak besar (usia di atas 3 tahun), perlu melatih sosialnya secara perlahan. Awalnya anak sempat berontak, tapi akhirnya mau menurut juga untuk berani berjalan bersisian dengan bergandengan.
Perilaku anak tentu copy paste dari orang tua. Cara kita dalam berbicara atau berperilaku akan mudah diserap sempurna oleh anak. Bisa jadi dalam proses kebersamaan dengan anak, bukan hanya hal baik yang dilihat anak.
Aku pasti melakukan kesalahan, pernah di situasi kecewa, marah atau jengkel pada anak. Namun, setelah kejadian, perlu ada kejelasan agar anak tidak mempunyai perasaan takut atau benci pada orang tua.
Anak akan mengetahui bahwa ragam perasaan itu adalah wajar. Cara mengelola aneka perasaan dalam dirinya dapat ditentukan dari melihat perilaku di sekitar yaitu kami sebagai orang tua.
Nyatanya, tumbuh bahagia menemani perkembangan anak, bukan sekadar tawa riang saja. Perlu juga merasa bahagia dapat mengontrol emosi dengan baik.
Tepat sekali, saat membuka instagram dan menemukan postingan di akun institut ibu profesional. Akun itu membahas tumbuh bahagia bersama anak. Bagaimana caranya:
1. Melakukan komunikasi produktif
2. Memahami emosi
3. Mengatur waktu
4. Memahami potensi
5. Berpikiran terbuka.
Aih, saat melakukan ini, memang ibu yang bergerak bertumbuh tapi juga berpengaruh ke anak. Tentunya anak akan bahagia saat ibu bahagia. Suami juga bahagia saat istrinya bahagia. Wallahu'alam, semoga bisa menemukan cara yang tepat. Semoga aku juga bisa lebih percaya diri dalam memahami potensi yang dimiliki.
0 Komentar