Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, perjalanan di tahap kupu-kupu pekan dua, sudah berlangsung. Awalnya mesti overthinking.

"Aku bisa enggak ya, jadi mentor. yang baik"

"Ini rencana aksi dan prioritasku, apa masuk akal?"

"Nanti ngobrol apa saja waktu video call, ya."

Ternyata, ketakutan itu tidak berarti setelah menjalani. Hehe. Karena pada dasarnya, program mentorship yang diberikan oleh para tim di hutan kupu cekatan, pasti tidak memberatkan kedua belah pihak.Ternyata, sama-sama merdeka belajar untuk menjalankan rencana aksi, tujuan dan prioritas.

Cerita Mentorship Tahap Kupu-kupu

Sebagai seorang mentee ataupun mentor, aku merasa ada kebutuhan belajar dari kedua sisi tersebut. Saat menjadi mentee, jelaslah hal-hal yang ingin aku pelajari. Begitu jugs, saat menjadi mentor. Aku belajar menjadi pendengar yang baik dan partner yang siap berbagi sesuai kebutuhan jika diperlukan. 

Diary Sebagai Mentee

Setelah mendengarkan panduan main, materi dan diskusi sebagai bekal pekan dua, lumayan membuat termenung dan berpikir. Apa pilihan bidangnya sesuai dengan kebutuhan yang beririsan di peta belajar. Lumayan berpikir juga untuk membuat langkah rencana aksi. Sampai akhirnya di hari Kamis pagi, Mbak Mega menanyakan isi template rencana aksi, apakah sudah kubuat. Hehe

Padahal di hari Selasa, Mbak Mega juga tanya kabar ke aku. Apa sudah menyimak panduan main pekan dua. MasyaAllah, so sweet dan perhatian sekali mentorku. Aku terharu dan terpacu deh. Dari Mbak Mega, aku menjadi belajar tentang sikap sebagai mentor dan bisa aku teladani.

Setelah menyepakati hari untuk video call, keluarlah jadwal di Jumat pagi, jam 09.30. Alhamdulillah terealisasikan, meski waktunya bergeser menjadi jam 09.45. Oborolan dan insight banyak aku dapatkan dalam durasi video call selama 30 menit. Mbak Mega menyenangkan, bercerita tentang pengalamannya dari awal menulis hingga tulisannya tesebar di berbagai media. 

Pasca video call, aku diberikan oleh-oleh cukup banyak hingga kenyang. MasyaAllah baik sekali. Aku mesti membuka dan menikmati oleh-olehnya dengan seksama. 

Diary Sebagai Mentor

Astaghfirullah walhamdulillah, masih ada yang berminat dan memberiku amanah sebagai mentor. 

Dua mentee yang sama-sama gercep, MasyaAllah. Mbak Ulfa menghubungi duluan di hari Rabu, tetapi kami saling video call hari Kamis pagi. Dari Mbak Ulfa, aku belajar mengingat kembali tentang pengetahuan blog dari dasar. 

Mbak Ulfa sudah punya pengalaman ngeblog sebelumnya dan saat ini, ingin memulai dari nol untuk mengisi blognya dengan ilmu baru yang dikuasai. Mbak Ulfa membuatku berkaca untuk gercep juga dalam mengerjakan. Senang sekali bisa bertemu secara virtual dan sharing bareng Mbak Ulfa yang kalem tapi sat set.

Kemudian mentee satunya adalah Mbak Chriesty. Mentee yang supel dan ceria, itu kesan pertama saat menelpon. Hihi. MasyaAllah, sangat senang bisa ngobrol secara virtual. Semoga obrolan saat itu, bisa sedikit membantunya mencari jalan untuk lebih bersinar dalam dunia tulis menulis.

Bergandengan tangan bersama untuk menghidupkan literasi bangsa terutama kalangan mommy. Dari Mbak Chriesty, aku belajar untuk memenuhi tangki cinta dulu hingga kecintaan dalam menulis dapat terasa auranya pada lainnya. MasyaAllah, menjadi mentor membuatku banyak belajar hal di luar topik bidang mentorship.

Tujuan dan Rencana

Sebagai mentee, tentu aku perlu belajar kembali menentukan finish line yang akan dituju. Kembali merencanakan tujuan dan rencana aksi. Semoga bisa terealisasi dengan baik. Mengingat kembali strong why yang sejak dulu di zaman matrikulasi. Ini langkah baru yang harus ditapaki, bismillah.



Aku sudah membuat tujuan dan rencana aksi jangka pendek, menengah dan panjang, meskipun belum detail. Jika ada perbaikan ke depan, mungkin akan direvisi. Semoga bisa berjalan lancar.